Dalam kondisinya yang kesakitan itu, Aron sama sekali tidak memiliki makanan dan air untuk menguatkan tubuhnya. Hanya ada kamera di tangan kirinya. Yang bisa ia lakukan hanyalah merekam kesakitannya sendiri.
Ia berusaha mengeluarkan tangannya dari batu besar yang menindihnya. Hanya saja, ia tidak bisa mengangkat batu dengan satu tangan, tak bertenaga pula.
Aron lalu memikirkan satu hal. Jika tangan tidak mampu ia keluarkan dari tebing, maka tubuhnya bisa ia selamatkan. Aron lalu mengambil salah satu alat yang dibawanya. Perlahan ia mulai mengiris tangannya. Ia terus berusaha, memotong tangan kanannya dengan menggunakan benda tumpul itu.
Ia berhasil, meski dengan kepiluan. Ia keluar dari tebing sebagai pria cacat satu tangan. Untuk mendapatkan posisi aman, Aron masih terus memanjat hampir 20 meter dengan hanya mengandalkan tangan kirinya.
Upaya penyelamatan yang dilakukan Aron inilah yang menjadi inspirasi film yang berjudul 127 Hours. Film yang disutradarai oleh Danny Boyle. Karakter Aron diperankan oleh aktor Amerika, James Franco. Aron terlibat langsung dalam penulisan film tersebut.
Selain itu, ia juga mendokumentasikan kejadian naas tersebut dalam buku autobiografinya yang bertajuk Between a Rock and a Hard Place.
Terlepas dari kisahnya, apa yang dilakukan Aron sekarang? Apakah ia mengurung diri di rumah dan menghentikan gaya hidup aktifnya? Tidak.
Setelah mengalami kecelakaan tersebut, Aron menggunakan tangan palsu untuk mendukung aktifitasnya. Ia tidak putus asa, apatahlagi trauma atas kejadian yang menimpanya.
Discussion about this post