Connect with us
alterntif text
alterntif text
alterntif text

CITIZEN REPORT

Unik, Semua Orang Tua Siswa Jadi Guru di Madrasah Ini

Published

on

By

alterntif text

Ada yang unik yang diterapkan di MIN Maros Baru, Maros, Sulsel, semua orang tua siswa kelas awal atau kelas satu dan dua, yang berjumlah kurang lebih 60 orang menjadi guru pendamping atau guru bantu secara sukarela. Mereka bergiliran membantu guru utama, memfasilitasi anak-anak belajar dari pagi sampai siang.

Untuk pengajaran yang ideal, guru utama membutuhkan sebuah team yang terdiri dua atau tiga orang guru pendamping yang bisa menangani kelompok siswa atau siswa di meja masing-masing. Dengan model ini, tiap anak mendapatkan perhatian lebih dibanding dengan diajar oleh satu guru. Anak-anak yang mengalami kesulitan, bisa mendapatkan penanganan lebih cepat, umpamanya kesulitan membaca, menulis, membutuhkan alat tulis, atau saat terjadi kegaduhan yang bisa mengganggu proses belajar mengajar.

Sebelum dikenalkan program guru pendamping oleh orang tua, siswa tahun sebelumnya yang belum bisa membaca di kelas satu relatif banyak, bahkan sampai 9 anak dari 30 anak per rombongan belajar. Beberapa anak juga kurang lancar membacanya. Hal ini pernah menimbulkan kesalahpahaman orang tua terhadap sekolah, menganggap sekolah tidak serius memperhatikan pendidikan anak-anak mereka.

“Saya kemudian mengundang semua orang tua siswa berdiskusi mengenai pengembangan sekolah dan juga issu ini. Kami ingin menyusun kontrak kerja dengan mereka. Apa kewajiban sekolah, dan apa yang seharusnya bisa dilakukan orang tua siswa,” papar Nur Ridawati, kepala sekolah yang pernah menjadi juara satu guru MI berprestasi tingkat nasional pada tahun 2009/2010 (4/9).

“Kami undang mereka dan kami paparkan berbagai program, kewajiban dan kebutuhan kami. Setelah itu, sebagai timbal balik, kami bertanya apa kira-kira yang orang tua siswa bisa lakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut,” ujarnya. Salah satu butir kesepakatannya adalah membentuk Persatuan Orang Tua Siswa (POS). Tugas Persatuan Orang Tua Siswa ini, salah satunya, untuk kelas awal, anggota-anggotanya secara bergiliran dan terjadwal ikut menjadi guru pendamping di kelas. Mereka sendiri yang menentukan jadwal mengajarnya, baik yang tinggalnya jauh dari sekolah maupun yang dekat mendapat giliran membantu guru mengajar anak-anak kelas awal.

Advertisement

Dengan program tersebut, dua sampai tiga orang tua siswa tiap hari datang ke sekolah menjadi guru pendamping, sehingga satu kelas bisa sampai ada 4 guru pengajar, yaitu 1 guru utama, 3 lainnya guru pendamping.

Denga cara demikian, orang tua juga langsung bisa melihat melihat perkembangan anak. Mereka juga semakin mengetahui kebutuhan-kebutuhan sekolah dalam mendukung pembelajaran anak-anak mereka sendiri, seperti ATK dan bahan penunjang lainnya. Secara sukarela akhirnya mereka sering menyumbang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. “Saya jadi lebih tahu sifat anak saya kalau di kelas,” ujar ibu Muliati, salah satu orang tua siswa.

Semenjak program itu diluncurkan di pertengahan tahun 2014, tinggal satu anak kelas awal yang tidak lancar membaca. Itupun karena dia masih berusia lima tahun. Partisipasi orang tua siswa terbukti meningkatkan efektifitas pembelajaran dan mendorong kesadaran orang tua terhadap kebutuhan-kebutuhan pembelajaran.

Inspirasi mengaktifkan POS juga datang setelah madrasah ini difasilitasi USAID PRIORITAS mengadakan study banding ke madrasah-madrasah di Jawa Timur pada pertengahan tahun 2014. Setelah study banding dan mendapat binaan USAID PRIORITAS, prestasi madrasah inipun berkembang pesat. Bahkan karena perkembangan pesat prestasinya, madrasah ini menjadi tempat study banding pengelolaan madrasah oleh kepala MIN se Sulawesi Selatan, Sulbar dan Sultra pada bulan April 2015 lalu. (Mustajib)

Advertisement
BAGIKAN:
Advertisement
Comments

Trending