JAKARTA – Rumah suku Rohingya di Rakhine Myanmar hancur dan terbakar hingga sejumlah korban jiwa berjatuhan. Kelompok Human Rights Watch (HRW) pada Senin (21/11/2016) menunjukkan Citra Satelit terbaru lima desa komunitas Rohingya dibakar dalam konflik sosial di Myanmar.
Menghadapi hal tersebut Pemerintah Indonesia tidak tinggal diam terhadap nasib umat Islam di bagian dari Myanmar tersebut.
“Kami masih terus memantau perkembangan situasi Rakhine dari dekat. Jika diperlukan, kita harus siap membantu,” ujar Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Jakarta, Senin (21/11/2016).
Selama ini, Lukman mengungkapkan, pemerintah telah melakukan serangkaian upaya untuk membantu kelompok minoritas Muslim di Myanmar sebagai wujud menegakkan kemanusiaan dan mewujudkan perdamaian. Upaya itu juga meliputi berbagai aspek seperti membantu fasilitas pendidikan dan kesehatan.
“Banyak program yang telah dan terus dilaksanakan pemerintah Indonesia terkait dengan nasib minoritas Muslim di Myanmar. Mari bantu kerja konkret tersebut dengan sikap spiritual yang tepat. Kita semua saling dukung untuk bertindak secara strategis,” kata Lukman.
Lukman pun menyerukan kepada umat Islam Indonesia untuk melakukan doa qunut nazilah demi keselamatan umat Islam yang jadi korban konflikdi Myanmar tersebut. Dia juga mengajak masyarakat melaksanakan salat gaib untuk korban yang telah meninggal.
“Kita semua sangat prihatin dengan konflik tersebut. Semoga jumlah korban tidak terus bertambah. Kedua amalan tersebut merupakan ajaran para ulama sebagai tindakan spiritual yang mendahulukan kedamaian,” kata Menag.
Sekitar 1,1 juta Muslim Rohingya selama ini mendiami wilayah Rakhine, Myanmar. Namun, pemerintah Myanmar tidak mengakui status kewarganegaraan dan hak-hak dasar mereka dengan alasan komunitas Rohingya merupakan imigran ilegal asal Bangladesh.
Kekerasan terhadap komunitas Rohingya terjadi untuk pertama kali sejak Myanmar dipimpin kubu Aung San Suu Kyi, mantan pemimpin oposisi yang ditindas junta militer. Kekerasan terjadi setelah orang-orang bersenjata tak dikenal menyerang tiga pos polisi Myanmar pada 9 Oktober 2016 yang menyebabkan tiga petugas polisi di perbatasan tewas.
Pemerintah di wilayah Naypyidaw, Myanmar menyalahkan kelompok Rohingya atas kejadian tersebut. Setidaknya 70 orang tewas dan 400 ditangkap dalam tindakan keras militer tak lama setelah serangan itu. Meski demikian, para aktivis mengklaim jumlah korban sebenarnya jauh lebih banyak.
Setidaknya, 30 ribu warga Rohingya telah mengungsi untuk menghindari penganiyaan dari militer Myanmar. Para saksi dan korban menuduh para tentara Myanmar melakukan pemerkosaan terhadap kaum perempuan Rohingya.
Sumber: DBS
Discussion about this post