Connect with us
alterntif text
alterntif text
alterntif text

Opini

Pengungsi Banjir Bandang dan Harapan di Hari Anak Nasional

Published

on

By

alterntif text

Oleh : Imbran Rosady

Di sela kemeriahan peringatan Hari Anak Nasional 23 Juli 2020, anak-anak korban bencana banjir bandang dan tanah longsor di Desa Meli dan Desa Radda, Luwu Utara, Sulawesi Selatan menitip asa kepada pemerintah. Mereka berharap bisa keluar dari tenda pengungsian, yang sudah dihuni selama sepuluh hari terakhir, ke tempat yang layak huni.

Tenda-tenda pengungsian riuh oleh suara dari anak-anak yang saling berbincang sembari berjalan berkerumun mendekati setiap mobil yang datang membawa kebutuhan logistik untuk pengungsi.

Mungkin saja mereka mengharapakan ada terselip mainan diantara tumpukan barang sebagai teman penghibur untuk sejenak melupakan kesedihan di tengah bencana.

Kepada Tim Rescue Mapalasta Makassar dan PKD Mapala Sulsel, anak-anak itu menceritakan kondisi tinggal di tenda pengungsian dengan segala kekurangan yang cukup berat bagi mereka.

Advertisement

Mereka tidak punya pilihan lain karena tempat tinggal mereka rusak atau hilang akibat terpaan lumpur bercampur material.

Cukuplah tempat bermain mereka yang hilang bukan semangat akan mimpi-mimpi di masa depan. Setidaknya motivasi itu akan menjadi butiran semangat untuk berjuang di tengah segala keterbatasan.

Uluran tangan dari pemerintah menjadi kunci masa depan anak-anak pengungsi di Luwu Utara. Bukankah ada lembaga khusus pemerintah yang menaungi masalah perlindungan anak?

Selamat Hari Anak Nasional 2020, mungkin dengan sumbagan sebuah boneka dan bola bekas saja bagi anak-anak pengungsi korban banjir di Luwu utara sudah cukup memberikan secerca harapan dan senyuman bahwa masih ada yang peduli terhadap kondisi mereka yang masih berjuang di tengah kepedihan.

*Penulis adalah relawan korban banjir bandang Luwu Utara dan mantan Ketua Umum Mapalasta

Advertisement
BAGIKAN:
Advertisement
Comments

Trending