Makassartoday.com, Makassar – Beberapa hari terakhir sejumlah daerah di Sulawesi Selatan diguyur hujan lebat. Bahkan, empat kabupaten, yakni Jeneponto, Bataeng, Bulukumba dan Sinjai, dilanda banjir.
Hujan lebat yang turun di bulan Juli oleh sebagian kalangan dinilai tak lazim. Ada yang meyebut bahwa Juli merupakan fase dimana musim kemarau terjadi.
Hal itu ternyata tak ditampik oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar.
BMKG menyebut, hujan yang terjadi beberapa hari terakhir merupakan anomali dinamika atmosfer dimana terdapat peran interaksi antara lautan dan atmosfer.
“Beberapa gangguan atmosfer yang terpantau yaitu terdapat pertemuan massa udara (konvergensi) yang mampu meningkatkan dan mendukung aktivitas pertumbuhan awan awan konvektif yang berpotensi menimbulkan hujan lebat,” jelas Prakirawan Cuaca BMKG Wilayah IV Makassar, Rizky Yudha kepada MakasarToday.com, Jumat (9/7/2021) malam.
Lebih jauh Rizky menjelaskan bahwa faktor lain turunnya hujan di musim kemarau akibat suhu muka laut, terutama di perairan selat Makassar bagian selatan dan sekitarnya yang cukup hangat juga akan berkontribusi dalam percepatan pertumbuhan awan awan hujan.
“Yang perlu menjadi perhatian juga bahwa musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan, terdapat hujan namun intensitasnya berkurang. Dan kenapa bisa hujan lebat hingga banjir pada wilayah Sinjai, Bulukumba, Bantaeng dan Jeneponto? Jawabannya seperti yang telah dijelaskan, bahwa terdapat faktor pengganggunya,” urainya.
Menurut BMKG bahwa kondisi seperti ini biasanya tidak berlangsung lama, tergantung fenomena yang mengganggu atmosfer ini seberapa lama akan hilang.
“Biasanya tiga hari atau paling lama seminggu sudah kembali normal,” kuncinya.
(*)
Discussion about this post