Makassartoday.com, Makassar – Asumsi bahwa perempuan Indonesia hanya bisa menjadi ibu rumah tangga di era kini semakin ternegasikan.
Hal itu bisa dilihat dari posisi perempuan Indonesia saat ini yang bisa berkarir dan bekarya di bidang apa saja. Baik di pemerintahahan, legislatif, yudikatif, perusahaan swasta, bahkan pengusaha.
Hari Kartini 2022 yang diperingati hari ini, Kamis (21/4/2022), dimeriahkan oleh sejumlah tokoh perempuan di Sulsel, salah satunya Andi Rachmatika Dewi.
Cicu, sapaan akrab Anggota DPRD Sulsel dari Fraksi NasDem itu meramaikan Hari Kartini dengan mengunggah foto dirinya dengan mengenakan mukenah di akun Facebooknya. Kata Cicu, mukenah itu diproduksi oleh salah satu UMKM rintisan “Kartini Masa Kini”.
Di postingan itu, Cicu juga mengungkap realita Kartini di era saat ini yang mulai mendominsi peran laki-laki di dunia wirausaha. Hal itu, kata Cicu, sesuai dengan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop dan UKM) tahun 2022.

“Perempuan memiliki peran yg sangat penting & besar dalam sektor umkm. Data kemenkop ukm menunjukkan usaha mikro 52% dari 63,9 juta pelaku usaha mikro di Indonesia adalah perempuan. Untuk usaha kecil, terdapat 56% dari 193 ribu usaha kecil pemiliknya perempuan. Sementara, untuk usaha menenga 34% dari 44,7 ribu pelaku usahanya adalah perempuan. Ini lah potret kartini masa kini harus berdaya untuk diri sendiri, memberdayakan orang di sekelilingnya agar bisa mandiri dan berkontribusi bagi masyarakat,bangsa dan agama. Mukena ini adalah salah satu hasil umkm @sabin.indonesia ,ayo kt saling support dengan membeli produk umkm perempuan” tulis Cicu.
Tentang Hari Kartini
Bangsa Indonesia khususnya kaum perempuan setiap tahun memperingati Hari Kartini. Peringatan itu diambil dari hari kelahiran Raden Adjeng Kartini atau lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini. Ia adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia.
Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Pribumi-Nusantara. Ia adalah seorang aktivis Indonesia terkemuka yang mengadvokasi hak-hak perempuan dan pendidikan perempuan.
Ia dilahirkan dalam keluarga bangsawan Jawa di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Setelah bersekolah di sekolah dasar berbahasa Belanda, ia ingin melanjutkan pendidikan lebih lanjut, tetapi perempuan Jawa saat itu dilarang mengenyam pendidikan tinggi. Ia bertemu dengan berbagai pejabat dan orang berpengaruh, termasuk J.H. Abendanon, yang bertugas melaksanakan Kebijakan Etis Belanda.
Setelah kematiannya, saudara perempuannya melanjutkan pembelaannya untuk mendidik anak perempuan dan perempuan.[2] Surat-surat Kartini diterbitkan di sebuah majalah Belanda dan akhirnya, pada tahun 1911, menjadi karya: Habis Gelap Terbitlah Terang, Kehidupan Perempuan di Desa, dan Surat-Surat Putri Jawa.
Ulang tahunnya sekarang dirayakan di Indonesia sebagai Hari Kartini untuk menghormatinya, serta beberapa sekolah dinamai menurut namanya dan sebuah yayasan didirikan atas namanya untuk membiayai pendidikan anak perempuan di Indonesia. Dia tertarik pada mistisisme dan menentang poligami.
(*)
Discussion about this post