Cinema
RESENSI: [Tak Ingin] Hilang Ingatan

Tahun 2022. Untuk pertama kalinya seumur hidup saya didiagnosa menderita vertigo. Dan untuk pertama kalinya pula dalam hidup, saya merasakan ketakutan terkena penyakit terkait ingatan.
Sembari meredam ketakutan akan sesuatu yang belum terjadi, ingatan saya melayang pada sebuah kisah yang pernah saya baca dan menyentuh hati saya. Sebuah kisah dari Brazil tentang seorang laki-laki bernama Lucio Yanel yang setiap hari melantunkan lagu dengan gitarnya khusus untuk istrinya, Sueli. Perempuan yang telah menjadi teman hidupnya selama 25 tahun itu perlahan dilihatnya masuk ke dalam “dunia yang jauh”. Sueli didagnosa menderita Alzheimer, penyakit otak degeneratif yang tak bisa disembuhkan. “Alzheimer sialan ini telah mencuri teman tercinta saya dalam beberapa tahun terakhir. Saya merayunya dengan menggunakan musik setiap hari agar dia dapat merasakan saya ada di sampingnya. Dialah penonton terbaik saya.”
Kisah Lucio menjadi viral di tahun 2009 setelah ia mem-posting foto keduanya di Facebook setelah kondisi Sueli semakin memburuk. Dan kita pun tergerak dengan bagaimana cara dari setiap orang mengupayakan agar kenangan tak terhapus begitu saja dari ingatan seseorang.
Kenangan. Kita bisa saja membekukannya dalam foto di ponsel. Kita bisa saja mengawetkannya dalam foto di social media. Namun tanpa ingatan, niscaya ia hanyalah gambar tanpa arti. Tak bisa menjelaskan peristiwa di baliknya, tawa yang terjadi sebelumnya, keriaan yang terjadi mengiringinya.
Kenangan. Kita bisa saja menuliskannya setiap hari dalam jurnal. Kita bisa saja mengabadikannya dalam postingan di social media. Tapi ia tak lebih dari sekedar tulisan jika tak terekam dalam ingatan. Foto dan tulisan hanya akan jadi kisah tak berarti karena ia kehilangan rasanya.
Dan bagaimana kita bisa merelakan kenangan menjauh dari kita? Penderita Alzheimer bukan saja harus merelakan kisah hidupnya dan orang-orang yang disayanginya hilang lenyap tak bersisa namun juga seringkali membuat penderitanya tak bisa membedakan realitas dan fantasinya. Ini jauh lebih sukar dari sekedar linglung. Coba lihat bagaimana Anthony dalam “The Father” yang bisa disaksikan di Amazon Prime merespon apa yang sedang berkecamuk di pikirannya. Dan skenario garapan Florian Zeller dan Christopher Hampton dengan brilyan memberi kita pemahaman lebih jernih tentang bagaimana ingatan bekerja di kepala penderita Alzheimer.
Sebagai catatan, jika Anda bingung dengan banyak adegan yang tampak tak terkorelasi satu sama lain, dengan wajah pemain yang berganti-ganti, dengan properti yang bisa dengan mudah beralih letak, itulah sekilas bagaimana Anthony menghadapi “dunia barunya yang jauh”. Setiap hari ia berperang dengan apa yang diingatnya, apa yang dilihatnya, apa yang seakan diingatnya dan apa yang seakan dilihatnya. Ia nyaris tak bisa membedakan realitas dan fantasi. Ia tahu wajah Anne, putri satu-satunya, namun ia bisa saja menerima kenyataan bahwa Anne telah berganti wajah di kesempatan berbeda.
Dan berurusan dengan seseorang yang hendak “memasuki dunia yang jauh” ini sama sekali tak mudah. “The Father” dengan sangat jelas menggambarkan itu, juga terutama bagaimana Anthony Hopkins yang dengan jenius memperlihatkan betapa frustasinya ia dengan kondisinya sekarang. Ia tak mengerti apa yang sesungguhnya terjadi dengan dirinya, ia mencoba mendapatkan pemahaman yang logis namun tak kunjung mendapatkan jawaban memuaskan dan akhirnya ia hanya bisa menangis bak anak kecil karena tak memahami hal-hal sederhana seperti dimana ia berada sekarang.
Florian mendorong kita untuk memahami penyakit ini melalui lapisan-lapisan cerita yang dibesutnya. Lapisan demi lapisan yang kadang berulang begitu saja secara acak, lapisan demi lapisan yang kadang berlompatan begitu saja tak terkendali. Tapi pendekatan inilah yang membuat “The Father” sebagai film penting yang menyuarakan kepedulian pada penderita Alzheimer.

Dok: Prime Video
Ada begitu banyak orang di dunia ini yang mesti ikhlas menjalani hidup dengan orang terkasih dengan ingatan yang terhapus begitu saja. Tapi juga ada beragam cara yang dilakukan banyak orang untuk merawat ingatan orang yang terkasih itu selama mungkin. Sebuah kesedihan mesti berhadapan dengan kondisi ini namun juga perlu kebesaran hati untuk menerimanya. “Saya sudah lelah berpura-pura bahagia. Saya menyaksikan istri saya berjuang melawan Alzheimer dan saya tidak bisa berbuat banyak untuk menghindarinya, ” ujar Lucio.
Dan kita bisa memilih menjadi Lucio. Yang selalu mencari cara sekuat tenaga agar orang yang dikasihinya selama mungkin bisa menemaninya sebelum beranjak ke “dunia yang jauh”. Mungkin dengan musik, dan sudah pasti dengan cinta.
THE FATHER
Produser: Philippe Carcassonne, Simon Friend, Jean-Louis Livi, David Parfitt, Christophe Spadone
Sutradara: Florian Zeller
Penulis Skenario: Christopher Hampton, Florian Zeller
Pemain: Anthony Hopkins, Olivia Colman, Mark Gatiss
ICHWAN PERSADA
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
-
Hukum & Kriminal5 days ago
Resmob Polda Sulsel Ciduk Sindikat Curanmor dan Sita 20 Unit Motor Curian
-
Sulsel1 week ago
Dishub Sulsel Prediksi 5 Jembatan Lain Bisa Bernasib Sama dengan Bojo
-
Nasional1 week ago
Inpres Percepatan Peningkatan Konektivitas Jalan Daerah Terbit, Morowali Masuk Prioritas
-
Cinema1 week ago
“Sewu Dino” Bakal Lebih “Pecah” Dari “KKN Di Desa Penari”?
-
Sulsel19 hours ago
Danny Pomanto Lantik 220 ASN Baru Pemkot Makassar
-
Sulsel7 days ago
Siap-siap, Listrik Padam Lagi Malam Ini untuk Area UP3 Makassar Selatan dan Utara
-
Inspiratif1 week ago
Tangis Haru Pecah Saat Ratusan Pelajar Ritual Cuci Kaki Ibu Jelang UAS 2023
-
Cinema1 week ago
“Like & Share” Tayang Mulai 27 April di Netflix