Makassartoday.com, Makassar – Polemik baru mencuat di Universitas Negeri Makassar (UNM) setelah sejumlah mahasiswa mengeluhkan praktik oknum dosen yang mewajibkan pembelian buku.
Buku yang dijual sebagian merupakan karya dosen yang bersangkutan. Namun, ada pula yang bukan karyanya langsung, kuat dugaan hasil kerja sama dengan penerbit atau penulis lain.
Beberapa mahasiswa mengaku diwajibkan membeli buku dan menjadi salah satu syarat mengikuti UAS.
Mahasiswa tidak diperkenankan membeli dari luar, seperti toko buku, online shop, atau meminjam dari kakak tingkat. Mereka diwajibkan membeli langsung dari jalur yang ditentukan dosen.
Kewajiban membeli buku demi mendapatkan akses ke ujian menimbulkan kesan komersialisasi pendidikan yang bertentangan dengan etika akademik.
Berdasarkan data yang dihimpun Distrik UNM, harga buku yang diwajibkan cukup bervariasi dan dinilai cukup memberatkan mahasiswa.
Misalnya di FIKK, buku Agama Rp95 ribu, Kewarganegaraan Rp95 ribu, Pancasila Rp90 ribu, Bahasa Indonesia Rp75 ribu, Biomekanika Rp120 ribu, dan Pendidikan Agama Islam Rp95 ribu.
Tak hanya itu, kasus yang sama terjadi di fakultas lain. Jika ditotal, mahasiswa bisa menghabiskan ratusan hingga jutaan rupiah untuk memenuhi kewajiban membeli buku dalam satu semester.
“Kami diwajibkan beli buku dan itu menjadi salah satu syarat mengikuti UAS, jadi kalau tidak dibeli kemungkinan tidak ikut UAS,” ucap mahasiswa FIKK yang enggan disebutkan namanya.
“Ini dosen wajibkan semua sekelas beli buku yang dia tentukan, jadi tidak boleh beli di luar, tidak boleh juga pinjam atau beli buku kating,”
“Ada yang kami tanya nama penulisnya tapi dosen tidak mau sebut, dia bilang ‘maaf dinda nda bisa sebar cover karena buku baru, dan UU Hak Cipta tentang banyaknya buku plagiat di online shop,” ucap mahasiswa lain dari FMIPA.
“Pas dibeli kami cek nama penulisnya betul penulisnya dosen pengampu mata kuliah. Ada juga yang bukanji dia penulisnya tapi yang mencurigakan kenapa harus sekelas bahkan seangkatan harus beli di dia,” ucapnya.
“Ada dosen yang wajib beli bukunya, dan paling gongnya ada yang langsung na bagikan tanpa tanya mau beli atau tidak, tiba-tiba langsung disuruh bayar,” ucap mahasiswa FIP.
(Sumber: Distrik UNM)