By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Makassar TodayMakassar TodayMakassar Today
  • NEWS
    • Metro
    • Sulawesi Selatan
    • Nasional
    • Internasional
    • Politik
    • Hukum Kriminal
  • BISNIS
    • Finance
    • Saham
    • Macro Ekonomi
    • Forex
  • HIBURAN
    • Film
    • Musik
    • Selebriti
  • LIFESTYLE
    • Health
    • Recipes
    • Travel
    • Fashion
  • OLAHRAGA
  • TEKNO
  • CITIZEN JURNALIS
  • OPINI
Reading: Surga bagi Manipulasi, Neraka bagi Demokrasi
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
Makassar TodayMakassar Today
Font ResizerAa
  • NEWS
  • BISNIS
  • HIBURAN
  • LIFESTYLE
  • OLAHRAGA
  • TEKNO
  • CITIZEN JURNALIS
  • OPINI
Cari Berita
  • NEWS
    • Metro
    • Sulawesi Selatan
    • Nasional
    • Internasional
    • Politik
    • Hukum Kriminal
  • BISNIS
    • Finance
    • Saham
    • Macro Ekonomi
    • Forex
  • HIBURAN
    • Film
    • Musik
    • Selebriti
  • LIFESTYLE
    • Health
    • Recipes
    • Travel
    • Fashion
  • OLAHRAGA
  • TEKNO
  • CITIZEN JURNALIS
  • OPINI
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Scroll Untuk Melihat Konten
Ad imageAd image
Makassar Today > Blog > Opini > Surga bagi Manipulasi, Neraka bagi Demokrasi
Opini

Surga bagi Manipulasi, Neraka bagi Demokrasi

admin
admin
Share
3 Min Read
Achmad Yusran./Foto:ist
SHARE

Oleh: Achmad Yusran

Di era digital, ruang virtual kita telah menjadi agora modern: tempat gagasan, opini, bahkan masa depan bangsa diperjualbelikan. Namun, di tengah derasnya arus informasi, ada ancaman besar yang jarang disadari literasi digital. Tanpa itu, hukum kehilangan ketajamannya, dan demokrasi menjadi rapuh.

Pintu Manipulasi

Seorang warga yang memasuki ruang digital tanpa bekal literasi ibarat anak kecil yang tersesat di pasar gelap. Ia tidak mampu membedakan pedagang jujur dari penipu ulung. Berita palsu, narasi polarisasi, hingga algoritma manipulatif dengan mudah menyusup ke dalam benaknya. Setiap klik, like, dan share justru menjadi data yang digunakan untuk memetakan kelemahannya dan memprediksi perilakunya.

Dalam kondisi ini, hukum menjadi tumpul. Banyak korban penipuan digital tidak melapor karena tak paham mekanismenya. Ujaran kebencian tersebar luas karena masyarakat tidak tahu itu pelanggaran hukum.

Hukum memang ada, tetapi tak berdaya menjangkau korban yang bahkan tidak menyadari dirinya korban, serta pelaku yang bersembunyi di balik labirin teknologi. Akibatnya, demokrasi pun melemah. Pilihan publik tidak lagi lahir dari rasionalitas dan kebenaran, melainkan dari kebohongan dan emosi yang direkayasa.

Tameng Hukum + Fondasi Demokrasi

Sebaliknya, warga yang melek digital memasuki ruang yang sama dengan tameng kritis. Mereka tahu cara memverifikasi informasi, mengenali akun palsu, memahami bias algoritma, dan melindungi diri dari jebakan siber. Literasi digital membuat mereka mampu menuntut penegakan hukum yang adil dan efektif.

Lebih jauh, literasi digital adalah fondasi demokrasi modern. Demokrasi hanya bisa sehat jika warganya terinformasi dengan baik. Masyarakat yang melek digital dapat menolak politik kebencian, melawan polarisasi, dan memilih pemimpin berdasarkan rekam jejak serta program, bukan berdasarkan retorika manipulatif. Dengan begitu, ruang digital tidak lagi menjadi ladang subur bagi manipulasi, melainkan taman bagi deliberasi demokratis.

Proyek Kebangsaan yang Mendesak

Memperjuangkan literasi digital bukan sekadar mengajarkan cara menggunakan gawai. Ini adalah proyek kebangsaan yang mendesak: upaya untuk menajamkan kembali hukum yang tumpul dan memperkuat demokrasi yang rapuh.

Di abad ke-21, masa depan hukum dan demokrasi Indonesia akan banyak ditentukan di ruang digital. Pertarungan itu tidak dimenangkan oleh mereka yang paling nyaring, tetapi oleh mereka yang paling melek.

Literasi digital harus diposisikan setara dengan pendidikan kewarganegaraan, bahkan menjadi pilar baru dalam kurikulum bangsa. Sebab, tanpa literasi digital, kita membuka pintu bagi manipulasi untuk masuk, hukum untuk lumpuh, dan demokrasi untuk runtuh.

(Penulis adalah Ketua Forum Komunitas Hijau)

- Advertisement -
Ad imageAd image

You Might Also Like

Sinjai Jangan Lupakan Bencana Tahun 2006!

Para Hakim Bermental Bobrok Kucar-Kacir Selamatkan Harta Karun Hasil Suap Miliaran

Skripsi Membunuh: Saat Tekanan Akademik Tak Tertahankan

Etika dalam Era Digital: Menyikapi Tantangan dan Dilema Moral di Masyarakat

Kepemimpinan Berbasis Etika dalam Kesehatan Masyarakat, Tantangan dan Harapan

TAGGED: Opini
admin September 13, 2025 September 13, 2025
Share This Article
Facebook Twitter Copy Link Print
Previous Article Resmi Dibuka, Rumah Makan Raja Tuna dan Cafe Kohibara Promo Diskon 20 Persen
Leave a comment Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sosial Media Kami

13.4k Followers Like
1.7k Followers Follow
182 Subscribers Subscribe

Berita Terbaru

Resmi Dibuka, Rumah Makan Raja Tuna dan Cafe Kohibara Promo Diskon 20 Persen
Travel September 13, 2025
PK5 Losari Direlokasi, Swasta Masuk Tawarkan Restoran Apung
Sulsel September 12, 2025
Mahasiswa UNM Mengeluh, Ada Oknum Dosen Wajibkan Beli Buku
Kampus September 12, 2025
Peringatan HUT ke-47 FKPPI, Aliyah Tegaskan Komitmen: Terus Bergerak dan Berkarya
Sulsel September 12, 2025
Makassar TodayMakassar Today
Follow US
© Makassartoday 2023.
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?