Dari 55 SMP negeri di Makassar, ia menyebut hanya sekitar lima yang memiliki kepala sekolah definitif. Kondisi serupa juga terjadi di lebih dari 300 SD negeri.
“Terlalu banyak persoalan yang seharusnya tidak kita dengar, bahkan ada yang masuk ranah hukum. Ini tidak membuat nyaman karena datang dari institusi pendidikan,” tegasnya.
Ia menekankan, perbaikan karakter guru harus berjalan beriringan dengan penyusunan kurikulum baru. Kalau guru tidak lebih dulu diperbaiki karakternya, kurikulum yang baik tidak akan berjalan.
Wali Kota berharap UNM dapat memberi masukan dan pendampingan dalam merancang kurikulum yang menyatukan pendidikan karakter dengan keterampilan global.
“Dasarnya ada di pendidikan dasar. Kami berharap diskusi ini memberi jalan keluar terbaik agar kurikulum yang kita bangun benar-benar berdampak baik bagi generasi mendatang,” tutupnya.
Pertemuan ini turut dihadiri Kadis Pendidikan Kota Makassar, Achi Soleman, Tim Ahli Pemkot Dara Nasution, serta Rektor UNM Prof. Dr. Karta Jayadi, bersama jajaran wakil rektor dan dekan.
Pihak UNM menyambut baik sekaligus memberikan apresiasi atas inisiatif Wali Kota Munafri Arifuddin, yang juga mendorong penguatan bahasa Inggris dan Arab sebagai bagian dari pendidikan karakter di sekolah.
Rektor UNM, Prof. Dr. Karta Jayadi, menyatakan kampusnya siap menurunkan tim khusus untuk merumuskan kurikulum pendidikan dasar yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya Bugis-Makassar.
Dalam pertemuan bersama Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, Prof. Karta menegaskan pembentukan tim akan dilakukan dalam waktu dekat.
“Insya Allah, dua hari dari sekarang tim sudah kami sampaikan. Kami mohon para dekan di setiap fakultas mengirimkan satu nama untuk masuk dalam tim kurikulum di Lembaga Pengabdian Masyarakat. Tim ini akan bekerja merancang kurikulum yang memperkaya nilai-nilai kelokalan,” ujarnya.
Prof. Karta menekankan bahwa kurikulum muatan lokal tidak akan menggantikan Kurikulum Merdeka yang berlaku secara nasional. Sebaliknya, pengayaan budaya lokal akan dipadukan secara fleksibel.
“Komponen kurikulum nasional tetap berlaku, tetapi ada ruang tertentu—baik terintegrasi maupun berdiri sendiri yang dapat menonjolkan kekuatan lokal,” jelasnya.
Ia mencontohkan, penguatan karakter Bugis-Makassar yang dibangun sejak sekolah dasar baru akan tampak dalam puluhan tahun ke depan.
Tetapi upaya menanam sejak dini agar kurikulum di Makassar bisa menjadi rujukan nasional dalam pendidikan karakter.
Rektor UNM menegaskan sekolah memiliki otonomi penuh dalam menambahkan muatan lokal tanpa menambah jam pelajaran. Kurikulum kearifan lokal bisa diintegrasikan dalam mata pelajaran yang ada atau dikemas sebagai kegiatan ekstrakurikuler.
“Kadang guru khawatir jam pelajaran bertambah. Tidak perlu. Muatan lokal bisa diintegrasikan, bahkan ekskul pun bisa diakomodasi,” katanya.
Prof. Karta juga mengapresiasi visi besar Wali Kota Makassar yang ingin menjadikan kota ini sebagai pusat pendidikan dasar berkarakter di Indonesia.