Menurutnya, banyak OPD yang menganggap digitalisasi hanyalah urusan aplikasi dan fitur sederhana, padahal transformasi digital menyangkut hal strategis seperti akuntabilitas, efisiensi data, dan transparansi keuangan.
Appi menilai sistem manual dianggap remeh sebagian pihak, padahal dampaknya sangat besar terhadap keakuratan data dan kepercayaan publik.
Dia menyebutkan, kebiasaan sebagian OPD yang masih melakukan pembayaran manual sehingga rawan kesalahan hingga manipulasi.
“Semua harus elektronik dan tercatat. Supaya kita tidak pusing rekap-rekap. Ada training operation work yang bisa memastikan semua elemen tercatat dengan detail,” jelansya.
Politisi Golkar itu secara lugas tegas menyampaikan, sikap sebagian ASN yang masih menyepelekan digitalisasi dan merasa sudah cukup dengan sistem yang ada.
“Kadang ini dianggap remeh, bahkan ada yang sok intervensi dengan pengetahuan sepotong-sepotong. Digitalisasi bukan sekadar pencet-pencet aplikasi,” tuturnya.
“Ini soal bagaimana data yang bikin pusing berubah jadi sesuatu yang mudah dan jelas,” sambung Appi.
Ia bahkan menyinggung masih rendahnya penetrasi penggunaan mobile banking di kalangan ASN.
Dari sekian ASN, mungkin hanya 30% yang punya mobile banking. Padahal tidak susah menggunakan digitalisasi untuk memudahkan pekerjaan kantor.
