Makassartoday.com, Makassar – Perumda Air Minum (PDAM) Kota Makassar berhasil membalikkan kondisi keuangan perusahaan dari posisi merugi menjadi mencatatkan keuntungan hanya dalam waktu tiga bulan terakhir
Hal ini disampaikan langsung oleh Plt Dirut PDAM Makassar, Hamzah Ahmad, bersama Plt Direktur Keuangan Nanang Supriyatno dalam konferensi pers menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-101 PDAM, di aula PDAM Kota Makassar, Jumat (8/8/2025).
Dalam pemaparannya, Hamzah Ahmad menegaskan bahwa langkah-langkah pembenahan yang dilakukan sejak ia menjabat sebagai pelaksana tugas pada akhir April lalu telah menghasilkan perubahan drastis pada kinerja perusahaan, terutama dalam aspek keuangan dan pelayanan pelanggan.
“Saat kami masuk akhir April, kondisi perusahaan mencatatkan kerugian akumulatif sebesar Rp5,2 miliar. Tapi per Juli, PDAM berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp826 juta,” tegasnya.
Capaian tersebut, lanjut Hamzah, tak lepas dari upaya masif dalam menekan tingkat kehilangan air atau Non-Revenue Water (NRW) yang sebelumnya menyentuh angka 52%.
Lebih lanjut, Anca, sapaan akrab Hamzah Ahmad menjelaskan, bahwa salah satu strategi utama adalah percepatan penanganan kebocoran air, yang selama ini menjadi penyumbang terbesar kebocoran pendapatan dan tingginya angka NRW (Non-Revenue Water).
Dalam tiga bulan terakhir, tim teknis berhasil memperbaiki lebih dari 2.000 titik kebocoran, termasuk pipa induk berdiameter 630 mm di Jalan Beringin, Kabupaten Gowa—pipa utama yang selama ini kerap menyebabkan kehilangan air dalam volume besar.
“Kini sudah turun menjadi 45%. Ini dicapai melalui perbaikan kebocoran di lebih dari 2.000 titik, termasuk pipa induk 630 mm di Jalan Beringin, Kabupaten Gowa,” jelasnya.
Perbaikan itu berdampak signifikan pada layanan pelanggan. Sebanyak 3.114 sambungan rumah yang sebelumnya tidak teraliri air, kini telah menikmati pasokan air bersih. Selain itu, hampir 500 titik pengaduan pelanggan berhasil diselesaikan.
Selain itu, Hamzah juga menyampaikan keberhasilan pelaksanaan program sambungan air gratis MULIA (Masyarakat Umum Layak Air), di mana lebih dari 600 sambungan telah terealisasi yang terbagi diseluruh wilayah pelayanan perumda Air Minum Kota Makassar.
Target selanjutnya adalah menyasar wilayah-wilayah dengan kebutuhan tinggi, seperti utara dan timur Makassar, seiring dengan rampungnya koneksi jaringan pipa utama.
Hamzah menjelaskan bahwa koneksi pipa Pa’baeng-baeng berdiameter 700 mm ke 350 mm telah selesai, yang membuka akses distribusi ke wilayah utara kota, dan timur kota seperti Salodong dan New Port. Meski masih menunggu izin dari Balai Jalan Nasional untuk koneksi penuh, progres ini dinilai sangat strategis untuk meningkatkan cakupan pelayanan.
“Kami telah menyusun skema koneksi menyeluruh, termasuk pipa besar di Jalan Urip dan Untia, agar tekanan dan suplai air di wilayah utara dan timur kota bisa lebih merata, bahkan di musim kemarau sekalipun. Ini komitmen kami untuk pemerataan air bersih di seluruh penjuru Kota Makassar,” tegas Hamzah.
Di tempat yang sama, Plt Direktur Keuangan Perumda Air Minum Kota Makassar, Nanang Supriyatno membeberkan kunci keberhasilan dari sisi efisiensi anggaran. Ia menyebut bahwa berbagai pos pengeluaran telah dirasionalisasi secara ketat. Salah satu yang paling signifikan adalah pemangkasan anggaran kegiatan lain-lain, dari Rp2,5 miliar menjadi hanya Rp1 miliar, serta penataan ulang jumlah tenaga kerja.
“Saat kami masuk, jumlah karyawan mencapai 1.431 orang. Ini terlalu besar jika dibandingkan dengan jumlah sambungan aktif sekitar 183.936 pelanggan. Berdasarkan regulasi Kementerian Dalam Negeri, idealnya rasio karyawan adalah 1:200 sambungan. Maka kami melakukan penataan dan kini jumlah karyawan menjadi 1.295, menurunkan rasio dari 1:7,78 menjadi 1:6,68. Ini belum ideal, tapi tren perbaikannya sudah sangat jelas,” ujar Nanang.
Ia juga menjelaskan bahwa efisiensi tenaga kerja berdampak langsung pada penurunan beban biaya pegawai. Jika pada awal tahun beban ini mencapai 36% dari total pendapatan, maka pada Juli 2025 sudah turun menjadi 27%, sehingga memperkuat struktur keuangan perusahaan.
“Pendapatan operasional dari rekening air pun naik tajam. Pada Juli lalu, pendapatan mencapai Rp30,4 miliar, tertinggi sepanjang tahun berjalan. Dan ini terjadi bukan hanya karena kenaikan tarif, tetapi karena sistem pencatatan meter air yang lebih akurat dan disiplin. Kami menerapkan sistem penalti terhadap petugas baca meter yang lalai. Bahkan, ada yang dipotong gajinya hingga Rp5 juta, diturunkan statusnya dari pegawai tetap menjadi tenaga kontrak, dan dirumahkan selama enam bulan,” pungkas Nanang.
(**)