Makassartoday.com, Makassar – Perumda Air Minum (PDAM) Makassar menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Dewan Pengawas dan pejabat struktural di Aula Tirta Dharma, Selasa (14/10/2025).
Rapat ini dipimpin oleh Wakil Wali Kota Makassar Aliyah Mustika Ilham, serta dihadiri Sekretaris Daerah Kota Makassar, Andi Zulkifli Nanda, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas PDAM Makassar.
Hadir pula Plt Direktur Utama Perumda Air Minum Kota Makassar Hamzah Ahmad, Plt Direktur Keuangan Nanang Supriyatno, jajaran anggota Dewan Pengawas, serta seluruh pejabat struktural dari bagian dan wilayah pelayanan.
Dalam sambutannya. Plt Direktur Utama PDAM Kota Makassar mengungkapkan kondisi perusahaan saat ini tengah menghadapi tantangan besar, baik dari sisi kinerja, infrastruktur, maupun administrasi.
Dari hasil audit kinerja Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), posisi PDAM Makassar yang dahulu sempat menjadi terbaik di Sulawesi Selatan dan bahkan terbaik nasional pada 2013, kini dalam 3 tahun terkait turun drastis ke peringkat 9 dari 23 PDAM di Sulawesi Selatan.
“Ini menjadi tantangan luar biasa bagi manajemen untuk melakukan perbaikan dan inovasi di tengah tingginya harapan masyarakat terhadap layanan air minum,” ujarnya. Selasa (14/10/2025).
Ia menjelaskan, tantangan pertama adalah kondisi operasional perusahaan yang sebagian besar asetnya sudah berusia tua dan memerlukan peremajaan, terutama jaringan pipa distribusi. Keberhasilan pelayanan ke depan sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan meremajakan infrastruktur tersebut.
Tantangan kedua adalah persoalan administrasi dan akuntabilitas. Berdasarkan audit pendahuluan BPK, ditemukan 51 item temuan yang saat ini tengah ditindaklanjuti melalui audit tujuan tertentu. Hal ini menjadi peringatan bagi manajemen untuk segera melakukan pembenahan menyeluruh.
Meski demikian, kinerja keuangan perusahaan mulai menunjukkan tren positif. Pada triwulan pertama 2025, PDAM mencatat kerugian sebesar Rp5,3 miliar. Namun berkat langkah efisiensi dan inovasi, pada triwulan ketiga posisi tersebut berhasil dibalikkan menjadi laba sebesar Rp5,8 miliar.
“Ini buah kerja keras seluruh tim internal PDAM dan dukungan penuh dari Dewan Pengawas serta Komite Audit yang kini sudah terbentuk lengkap,” ujarnya.
Lebih lanjut, Anca-sapaan akrab Hamzah Ahmad juga menyoroti persoalan penyediaan air bersih untuk wilayah utara dan timur Kota Makassar yang hingga kini masih menjadi keluhan utama masyarakat. Sumber air baku dari bendungan Leko Pancing saat ini tidak beroperasi karena ketersediaan air yang menurun drastis. Sebagai alternatif, PDAM mengoptimalkan sistem pompanisasi dari Moncongloe dengan kapasitas 600–900 liter per detik untuk menutupi kekurangan tersebut.
Namun, solusi jangka panjang sangat bergantung pada penyelesaian koneksi jaringan pipa berdiameter 1.000 mm di Pontiku, Jalan Urip Sumoharjo, yang menjadi kunci pendistribusian air ke wilayah utara. Peralatan dan infrastruktur koneksi ini telah disiapkan sejak lima tahun lalu, tetapi proses perizinan dari balai jalan pusat masih tertunda.
“Kami sudah enam kali melakukan ekspose ke pihak balai dan terus mengawal prosesnya. Hingga pagi tadi kami masih berkoordinasi. Progres terakhir, dokumen perizinan baru akan diunggah kembali ke pemerintah pusat,” jelasnya.
Ia menegaskan, keterlambatan izin ini seringkali menimbulkan kesan keliru di masyarakat seolah PDAM tidak mampu menyelesaikan persoalan air di wilayah utara dan timur. Padahal, masalah utamanya bersifat teknis dan administratif di luar kewenangan langsung PDAM. “Tanpa koneksi pipa Pontiku, masalah distribusi air ke utara tidak akan pernah benar-benar selesai,” tegasnya.