Makassartoday.com, Makassar — Di tengah turunnya peringkat Indonesia dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) 2025 dari posisi puncak menjadi peringkat kelima dunia, Kota Makassar justru melangkah cepat. Melalui forum Rembuk Pentahelix Pariwisata Vol. 2, Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar bersama pelaku industri dan komunitas pariwisata menggagas program Makassar Moslem Friendly Market, sebuah gerakan ekonomi jamaah berbasis masjid yang dirancang untuk memperkuat wisata ramah Muslim di daerah.
Kegiatan ini akan digelar pada Kamis, 30 Oktober 2025, di Hotel Harper Makassar, dengan menghadirkan Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, sebagai keynote speaker yang didampingi Ketua UPT Halal Centre UMI Makassar, Muhammad Nusram.
Baca Juga: Dorong Revitalisasi BP2M, Appi Ingin Sungai dan Laut jadi Magnet Wisata Makassar
Selain itu, dua tokoh utama sektor pariwisata dan ekonomi umat, HM Azhar Gazali, Ketua DPD AMPHURI Wilayah Sulampua sekaligus Ketua Forum Pentahelix Pariwisata Indonesia (FPPI), serta Zulkarnaen Rahmat, Ketua Moslem Friendly Forum (MFF) akan menjadi pemantik dalam diskusi rembuk pentahelix daerah itu.
Azhar Gazali menyebut, penurunan posisi Indonesia dalam GMTI harus menjadi momentum bagi daerah untuk melakukan inovasi dan menampilkan karakter lokal yang khas dalam pengembangan wisata halal.
“Makassar tidak perlu menunggu arahan dari pusat. Kita bisa mulai dari potensi sendiri. Masjid bukan hanya tempat ibadah, tapi juga pusat ekonomi, sosial, dan edukasi. Dari sini, kita bangun pariwisata berbasis jamaah,” ujarnya.
Program Makassar Moslem Friendly Market akan dilaksanakan di 54 titik masjid di 14 kecamatan selama periode Oktober 2025 hingga Oktober 2026. Gerakan ini memadukan nilai-nilai spiritual, sosial, dan ekonomi melalui pasar murah berbasis masjid, pelatihan UMKM halal, hingga promosi produk lokal.
Ketua MFF, Zulkarnaen Rahmat, menegaskan bahwa inisiatif ini bukan hanya agenda seremonial, tetapi bentuk nyata dari konsep community-based halal tourism.
“Kita ingin menjadikan gerakan ini sebagai contoh bagaimana jamaah bisa menjadi pelaku utama ekonomi. Dari masjid, lahir kemandirian. Dari pasar jamaah, tumbuh solidaritas dan keberkahan,” katanya.
Selain forum diskusi, kegiatan ini juga menandai deklarasi resmi Moslem Friendly Forum (MFF) sebagai wadah kolaborasi lintas sektor mencakup akademisi, pemerintah, pelaku industri, komunitas, dan media dalam mendorong pariwisata ramah Muslim dan ekonomi halal di Kota Makassar.
Azhar menambahkan, Makassar memiliki potensi besar untuk menjadi model wisata ramah Muslim di Indonesia Timur, terutama dengan dukungan infrastruktur, jaringan masjid yang luas, serta kultur masyarakat yang religius dan terbuka.
“Kita harus menjawab tantangan global dengan aksi lokal. Wisata ramah Muslim bukan sekadar label, tapi ekosistem yang menyejahterakan masyarakat,” tutupnya.
(**)
