Makassartoday.com, Makassar – Makassar merupakan ibukota Sulawesi Selatan (Sulsel), provinsi yang selama ini dikenal sebagai lumbung padi nasional. Tapi siapa sangka, stok beras yang ada di gudang Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (BULOG) Makassar sebagian besar merupakan beras impor.
Fakta itu terungkap dalam kunjungan Komisi IV DPR yang diketahui, Siti Hediati Soeharto alias Ibu Titiek ke Kompleks Pergudangan Panaikang, Perum BULOG Makassar, Senin (11/8/2025).
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Abdul Kharis Almasyhari membenarkan temuan itu. Dari informasi yang diterima saat kunjunhan itu bahwa sebagian beras yang dikelola BULOG Makassar masih berasal dari impor, termasuk stok impor tahun 2024.
Meski demikian, Abdul Kharis mengaku jika kualitas beras impor yang ia temukan di gudang BULOG Makassar lebih baik dari stok impor tahun 2020.
“Menariknya, kualitasnya lebih baik dibandingkan stok impor tahun 2020,” ungkapnya.
Komisi IV DPR RI yang berjumlah 10 anggota, meninjau langsung gudang penyimpanan dan unit pengolahan beras BULOG Makassar.
Agenda ini bertujuan memastikan ketersediaan stok beras nasional, memeriksa proses pengemasan, dan mengevaluasi kualitas beras yang disimpan dalam jangka panjang.
Dalam kunjungan itu, Komisi IV mengaku stok beras di BULOG Makassar dalam kondisi penuh, bahkan sampai memerlukan sewa gudang tambahan untuk penampungan.
“Kita masuk ke gudang-gudang BULOG, melihat langsung proses pengolahan beras untuk packaging. Kualitas beras yang sudah lama disimpan diperbaiki melalui proses pembersihan, sehingga tetap layak untuk dikonsumsi,” jelas Abdul Kharis.
Menurutnya, unit pengolahan beras di Makassar memiliki kualitas kerja yang baik, meski kapasitasnya masih terbatas. Kapasitas pengemasan saat ini hanya sekitar 30 ton per hari.
“Jika ada program penyaluran beras SPHP dalam jumlah besar, prosesnya bisa memakan waktu lebih lama,” tambahnya.
Ia menjelaskan bahwa proses pengolahan beras di unit tersebut meliputi pembersihan debu dan pemisahan butir beras yang patah atau rusak akibat penyimpanan jangka panjang.
“Beras yang kualitasnya kurang baik dikeluarkan terlebih dahulu, lalu dilakukan penyegaran. Setelah diproses, tingkat kerusakan bisa ditekan hingga hanya 15 persen,” ungkapnya.
Editor: Ariel