By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Makassar TodayMakassar TodayMakassar Today
  • NEWS
    • Metro
    • Sulawesi Selatan
    • Nasional
    • Internasional
    • Politik
    • Hukum Kriminal
  • BISNIS
    • Finance
    • Saham
    • Macro Ekonomi
    • Forex
  • HIBURAN
    • Film
    • Musik
    • Selebriti
  • LIFESTYLE
    • Health
    • Recipes
    • Travel
    • Fashion
  • OLAHRAGA
  • TEKNO
  • CITIZEN JURNALIS
  • OPINI
Reading: Di Balik Angka Rapor, Ada Cita-Cita yang Tak Boleh Padam
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
Makassar TodayMakassar Today
Font ResizerAa
  • NEWS
  • BISNIS
  • HIBURAN
  • LIFESTYLE
  • OLAHRAGA
  • TEKNO
  • CITIZEN JURNALIS
  • OPINI
Cari Berita
  • NEWS
    • Metro
    • Sulawesi Selatan
    • Nasional
    • Internasional
    • Politik
    • Hukum Kriminal
  • BISNIS
    • Finance
    • Saham
    • Macro Ekonomi
    • Forex
  • HIBURAN
    • Film
    • Musik
    • Selebriti
  • LIFESTYLE
    • Health
    • Recipes
    • Travel
    • Fashion
  • OLAHRAGA
  • TEKNO
  • CITIZEN JURNALIS
  • OPINI
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Scroll Untuk Melihat Konten
Ad imageAd image
Makassar Today > Blog > Opini > Di Balik Angka Rapor, Ada Cita-Cita yang Tak Boleh Padam
Opini

Di Balik Angka Rapor, Ada Cita-Cita yang Tak Boleh Padam

admin
admin
Share
4 Min Read
SHARE

Oleh: Fadly Kasim

Di penghujung semester ini, sebuah keresahan menyeruak di ruang diskusi kita mengenai nasib cita-cita anak-anak yang terancam meredup di balik hiruk-pikuk angka rapor. Narasi tentang bagaimana ranking kelas menjadi beban psikologis bukanlah isapan jempol semata. Namun, melampaui statistik angka tersebut, ada misi yang jauh lebih mendesak untuk kita selamatkan: binar cita-cita besar mereka yang tak boleh padam hanya karena selembar laporan nilai.

Kita harus mengakui bahwa sistem ranking kelas sering kali menjadi “diktatur angka” yang memaksa setiap anak masuk dalam satu kotak yang sama. Di dunia pendidikan yang seharusnya memerdekakan, ranking justru kerap menjadi jeruji yang membatasi potensi. Padahal, setiap anak adalah entitas unik dengan garis tangan yang berbeda. Mengukur prestasi hanya dari urutan angka di kelas adalah bentuk ketidakadilan intelektual; itu seperti memaksa ikan untuk terbang dan menghakiminya karena ia hanya bisa berenang.
Keresahan ini mengingatkan kita pada pesan mendalam dari Bu Guru Nani yang sempat viral.

Pesan itu seolah menjadi kompas moral bagi para orang tua: bahwa di balik anak yang mengikuti ujian, ada bakat-bakat unik yang tidak selalu selaras dengan kurikulum sekolah. Beliau mengingatkan bahwa jika anak kita tidak menjadi yang teratas, janganlah kita merampas rasa percaya diri mereka.

Lembar ujian mungkin telah dikumpulkan, dan kecemasan orang tua adalah reaksi yang manusiawi. Namun, mari kita menajamkan perspektif. Di tengah keriuhan nilai itu, ada calon maestro seni yang tak membutuhkan kalkulus untuk mewarnai dunia, atau calon pengusaha visioner yang keberhasilannya tidak ditentukan oleh hafalan sejarah. Ada pula calon musisi berbakat yang masa depannya tidak ditentukan oleh seberapa mahir ia menghafal rumus kimia, melainkan dari kemampuannya merangkai nada yang menyentuh jiwa; atlet dengan kecerdasan fisik yang melampaui teori fisika; hingga calon fotografer yang ketajaman matanya dalam menangkap momen tidak akan pernah bisa diukur melalui jawaban di atas kertas ujian.

Sebagaimana pesan Bu Guru Nani yang meluluhkan hati banyak orang, ‘Katakan pada mereka bahwa tidak penting berapapun nilai ujian mereka, Anda mencintai mereka dan tak akan menghakimi mereka.’ Pesan ini menegaskan bahwa nilai rapor hanyalah angka, sementara cita-cita dan karakter anak adalah sesuatu yang jauh lebih besar. Tugas kita bukanlah menyeragamkan setiap anak untuk menjadi ahli dalam segala hal, melainkan menjadi sandaran yang memastikan bahwa angka yang rendah tidak akan pernah mematikan nyala cita-cita yang sudah ada.

Jika anak kita berhasil menempati posisi teratas, itu adalah prestasi yang patut diapresiasi. Namun, jika realitanya tidak demikian, di sinilah peran kita sebagai orang tua diuji. Jangan pernah biarkan angka-angka itu merampas harga diri mereka. Katakan dengan pelukan yang hangat, ‘Tidak apa-apa, Nak. Ini hanyalah sekadar ujian.’ Kita perlu menanamkan keyakinan bahwa mereka diciptakan untuk sesuatu yang jauh lebih besar daripada sekadar deretan angka di sekolah.
Sejatinya, kesuksesan tidak hanya milik mereka yang bergelar dokter atau insinyur.

Dunia membutuhkan warna-warni profesi. Sebuah nilai rendah tidak memiliki kekuatan apa pun untuk mencabut bakat yang sudah Tuhan titipkan, kecuali jika kita sebagai orang tua ikut mengamini bahwa nilai itu adalah segalanya. Rapor seharusnya menjadi titik awal refleksi, bukan titik akhir sebuah harapan.

Mari kita bersepakat, bahwa di ujung semester ini, kita tidak ingin hanya mencetak anak-anak yang unggul di atas kertas. Kita ingin membesarkan manusia-manusia tangguh yang percaya diri karena mereka tahu bahwa di rumah, ada cinta yang tidak menghakimi. Sebab di balik deretan angka rapor yang barangkali tak seberapa, ada api cita-cita yang sedang menyala, dan tugas kitalah untuk memastikan nyalanya tetap terjaga hingga ia menerangi masa depan mereka.

(Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Vokasi Keteknikan PPs UNM)

- Advertisement -
Ad imageAd image

You Might Also Like

Refleksi Sumpah Pemuda: Meneguhkan Peran Kader HMI dalam Membangun Peradaban yang Berkeadilan Sosial

Surga bagi Manipulasi, Neraka bagi Demokrasi

Sinjai Jangan Lupakan Bencana Tahun 2006!

Para Hakim Bermental Bobrok Kucar-Kacir Selamatkan Harta Karun Hasil Suap Miliaran

Skripsi Membunuh: Saat Tekanan Akademik Tak Tertahankan

admin Desember 21, 2025 Desember 21, 2025
Share This Article
Facebook Twitter Copy Link Print
Previous Article Perumda Parkir Bantah Isu Parkir Lapis Dua di Insiden Alaska
Leave a comment Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sosial Media Kami

13.4k Followers Like
1.7k Followers Follow
182 Subscribers Subscribe

Berita Terbaru

Perumda Parkir Bantah Isu Parkir Lapis Dua di Insiden Alaska
Sulsel Desember 21, 2025
Festival Muara Bakal jadi Event Wisata Terbesar di Makasar Tahun 2026
Sulsel Desember 21, 2025
Penerimaan Rapor, SIT RBM Plus Gelar Tatap Muka Orang Tua Santri
Pendidikan Desember 21, 2025
Rayakan Kolektivitas Visual: ‘Makassar Art Print Party’ Sukses Terselenggara di Top Score Labs
Event Desember 20, 2025
//

We influence 20 million users and is the number one business and technology news network on the planet

Makassar TodayMakassar Today
Follow US
© Makassartoday 2023.
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?