“Minimal bisa mencapai Rp1,9 miliar, dan kami optimis bisa menembus Rp2 miliar,” lanjutnya.
Menurutnya, capaian tersebut didorong oleh sejumlah kebijakan strategis yang diterapkan manajemen baru, di antaranya revisi kebijakan internal dan efisiensi biaya di beberapa pangkal parkir, sehingga kinerja keuangan dapat ditekan lebih sehat.
“Capaian ini, menjadi sinyal awal pembenahan tata kelola dan efisiensi yang mulai berdampak nyata bagi pendapatan daerah,” ungkapnya.
Syafri menambahkan, hingga akhir Desember 2025 masih terdapat pendapatan yang belum sepenuhnya tercatat, khususnya dari transaksi tanggal 30 dan 31 Desember. Meski demikian, pihaknya tetap optimistis terhadap capaian akhir tahun.
“Masih ada capaian yang belum masuk, tapi Alhamdulillah kami optimis dan ini menjadi modal penting untuk pertumbuhan di tahun 2026,” katanya.
Jika dibandingkan dengan tahun 2024, Syafri mengakui bahwa pendapatan saat itu memang lebih tinggi, meski selisihnya tidak signifikan. Namun kontribusi dividen ke daerah justru relatif kecil.
“Di 2024, laba sekitar Rp1,2 miliar, tapi dividen hanya Rp932 juta. Itu karena ada kewajiban pajak yang saat itu belum harus dibayarkan dan baru diselesaikan di 2024,” tuturnya.
Berbeda dengan 2025, kondisi keuangan dinilai jauh lebih sehat. Dari target dividen awal sebesar Rp932 juta, kini PD Parkir Makassar mampu meningkatkan proyeksi dividen menjadi lebih dari Rp2 miliar.
Berdasarkan Rencana Kerja Perusahaan (RKP) Perumda Parkir Makassar, target pendapatan tahun 2026 ditetapkan sekitar Rp2 miliar lebih, dengan dividen sebesar Rp2,1 miliar.
Namun angka tersebut masih berpotensi meningkat jika efisiensi operasional terus diperkuat.
“Kalau efisiensi bisa ditingkatkan lagi, nilainya bisa lebih dari itu. Mohon doanya agar 2026 berjalan lancar dan prestasinya harus lebih baik dari tahun ini,” kata Syafri.
