By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Makassar TodayMakassar TodayMakassar Today
  • NEWS
    • Metro
    • Sulawesi Selatan
    • Nasional
    • Internasional
    • Politik
    • Hukum Kriminal
  • BISNIS
    • Finance
    • Saham
    • Macro Ekonomi
    • Forex
  • HIBURAN
    • Film
    • Musik
    • Selebriti
  • LIFESTYLE
    • Health
    • Recipes
    • Travel
    • Fashion
  • OLAHRAGA
  • TEKNO
  • CITIZEN JURNALIS
  • OPINI
Reading: Oase Di Sudut Makassar,  Sebuah Renungan Tentang Banjir
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
Makassar TodayMakassar Today
Font ResizerAa
  • NEWS
  • BISNIS
  • HIBURAN
  • LIFESTYLE
  • OLAHRAGA
  • TEKNO
  • CITIZEN JURNALIS
  • OPINI
Cari Berita
  • NEWS
    • Metro
    • Sulawesi Selatan
    • Nasional
    • Internasional
    • Politik
    • Hukum Kriminal
  • BISNIS
    • Finance
    • Saham
    • Macro Ekonomi
    • Forex
  • HIBURAN
    • Film
    • Musik
    • Selebriti
  • LIFESTYLE
    • Health
    • Recipes
    • Travel
    • Fashion
  • OLAHRAGA
  • TEKNO
  • CITIZEN JURNALIS
  • OPINI
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Scroll Untuk Melihat Konten
Ad imageAd image
Makassar Today > Blog > Opini > Oase Di Sudut Makassar,  Sebuah Renungan Tentang Banjir
Opini

Oase Di Sudut Makassar,  Sebuah Renungan Tentang Banjir

admin
admin
Share
3 Min Read
SHARE

Oleh: Muh.Imran Tahir

Di bawah langit senja Makassar, di mana cahaya mentari memantul di cakrawala laut, kota ini mengisahkan sebuah dilema. Ia adalah pusat kehidupan yang penuh semangat di mana tradisi dan modernitas saling bersahutan seperti debur ombak di Pantai Losari. Namun di balik gemerlapnya, ancaman banjir semakin sering datang, mengalir tak hanya di jalanan, tetapi juga di ingatan kolektif warganya. Makassar dahulu adalah kota yang hidup dalam harmoni dengan alam. Sungai-sungai seperti Jeneberang dan Tallo menjadi nadi kehidupan, menyediakan air, transportasi dan cerita bagi generasi selanjutnya. Tetapi kini, pembangunan yang tak terkendali mulai menggantikan wajah lama itu. Permukiman baru berdiri di atas lahan-lahan resapan air, menggantikan sawah dan rawa yang dulu menjadi penjaga alami. Kota ini pun terhuyung, mencoba melawan gelombang tanpa bekal yang memadai.

Dalam hasrat membangun, sering kali kita melupakan hukum alam yang sederhana yaitu air selalu mencari jalan dan mencari tempat yang rendah. Saat rumah-rumah megah dan perumahan tumbuh tanpa perencanaan matang, air kehilangan tempat bernaung. Permukaan tanah yang tertutup beton dan aspal tak lagi mampu menyerap hujan yang turun deras di musim penghujan. Sungai-sungai menyempit, tercekik oleh bantaran yang kini dihuni oleh manusia. Dan di setiap sudut kota, gorong-gorong yang tersumbat sampah menjadi penghalang aliran air yang seharusnya melintas tanpa hambatan. Pembangunan permukiman memang penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, tetapi bagaimana jika kebutuhan itu dibayar dengan kerentanan? Makassar kini menghadapi realitas di mana pembangunan tanpa visi berkelanjutan justru menciptakan bencana. Banjir bukan lagi sekadar ancaman, melainkan konsekuensi yang tak terhindarkan dari pengabaian terhadap ekosistem kota.

Namun, harapan belum sirna. Seperti angin laut yang selalu membawa kesejukan baru, Makassar bisa menata kembali langkahnya. Pemerintah kota dan masyarakat harus bergandengan tangan untuk membangun dengan tata kota yang lebih bijaksana, mengintegrasikan ruang terbuka hijau di tengah permukiman. Merestorasi daerah aliran Sungai dan merancang sistem drainase yang mampu mengimbangi laju urbanisasi. Selain itu, kesadaran bersama harus tumbuh bahwa rumah bukan hanya tempat berlindung dari hujan, tetapi juga harus berdiri dengan menghormati tanah tempat ia berpijak. 

Periklanan
Ad image

Makassar adalah simbol daya juang dan kebijaksanaan. Ia punya sejarah panjang yang mengajarkan bagaimana harmoni dengan alam selalu menjadi kunci keberlanjutan. Kini, tugas kita adalah memastikan bahwa pembangunan tak lagi menjadi alasan bagi air untuk murka. Karena sejatinya, membangun kota berarti juga membangun masa depan, bukan hanya untuk manusia, tetapi juga untuk alam yang selalu menjadi bagian dari kehidupan kita. Bukankah manusia, alam dan lingkungan sekitar adalah ciptaan Allah Arrahman? Tuhan yang maha Penyayang. Maka, bertasbillah dengan menyebut namanya yang Agung agar kita senantiasa hidup selaras dengan ciptaan-Nya. Salam Tangguh, Siap Untuk Selamat !!!  

(Penulis adalah Pengamat Meteorologi & Geofisika BMKG Wilayah IV Makassar)

You Might Also Like

Para Hakim Bermental Bobrok Kucar-Kacir Selamatkan Harta Karun Hasil Suap Miliaran

Ada Potensi Makassar Diguyur Hujan pada 29-31 Maret 2025

Skripsi Membunuh: Saat Tekanan Akademik Tak Tertahankan

Etika dalam Era Digital: Menyikapi Tantangan dan Dilema Moral di Masyarakat

Kepemimpinan Berbasis Etika dalam Kesehatan Masyarakat, Tantangan dan Harapan

TAGGED: Banjir Makassar, BMKG Makassar, Opini
admin Desember 15, 2024 Desember 15, 2024
Share This Article
Facebook Twitter Copy Link Print
Previous Article PLN Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik dengan Penambahan SPKLU di Bone dan Sengkang
Next Article PLN UID Sulselrabar Raih Dua Penghargaan Bergengsi di Tahun 2024
Leave a comment Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sosial Media Kami

13.4k Followers Like
1.7k Followers Follow
182 Subscribers Subscribe

Berita Terbaru

Korban Terseret Arus Sungai Savana Ditemukan 5 Km dari Lokasi Kejadian
Sulsel Mei 13, 2025
Promo Tambah Daya PLN Diskon 50 Persen, Spesial Hari Kebangkitan Nasional
Bisnis Mei 13, 2025
Pemprov Sulsel Puji Peran Umat Buddha dalam Bangun Karakter Bangsa di Perayaan Waisak
Sulsel Mei 13, 2025
Keterangan Mabes TNI Terkait Ledakan Maut Pemusnahan Amunisi Kedaluwarsa di Garut
Nasional Mei 12, 2025
Makassar TodayMakassar Today
Follow US
© Makassartoday 2023.
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?