By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Makassar TodayMakassar TodayMakassar Today
  • NEWS
    • Metro
    • Sulawesi Selatan
    • Nasional
    • Internasional
    • Politik
    • Hukum Kriminal
  • BISNIS
    • Finance
    • Saham
    • Macro Ekonomi
    • Forex
  • HIBURAN
    • Film
    • Musik
    • Selebriti
  • LIFESTYLE
    • Health
    • Recipes
    • Travel
    • Fashion
  • OLAHRAGA
  • TEKNO
  • CITIZEN JURNALIS
  • OPINI
Reading: Hari Jalan 20 Desember: Menapak Sejarah Ruas dan Jembatan Penyatu Nusantara, Teknologi Nasional Paten Internasional
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
Makassar TodayMakassar Today
Font ResizerAa
  • NEWS
  • BISNIS
  • HIBURAN
  • LIFESTYLE
  • OLAHRAGA
  • TEKNO
  • CITIZEN JURNALIS
  • OPINI
Cari Berita
  • NEWS
    • Metro
    • Sulawesi Selatan
    • Nasional
    • Internasional
    • Politik
    • Hukum Kriminal
  • BISNIS
    • Finance
    • Saham
    • Macro Ekonomi
    • Forex
  • HIBURAN
    • Film
    • Musik
    • Selebriti
  • LIFESTYLE
    • Health
    • Recipes
    • Travel
    • Fashion
  • OLAHRAGA
  • TEKNO
  • CITIZEN JURNALIS
  • OPINI
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Scroll Untuk Melihat Konten
Ad imageAd image
Makassar Today > Blog > Featured > Hari Jalan 20 Desember: Menapak Sejarah Ruas dan Jembatan Penyatu Nusantara, Teknologi Nasional Paten Internasional
Featured

Hari Jalan 20 Desember: Menapak Sejarah Ruas dan Jembatan Penyatu Nusantara, Teknologi Nasional Paten Internasional

admin
admin
Share
12 Min Read
Nor Iskandar, Juara 3 Lomba Foto Bina Marga dalam Rangka Hari Jalan 2024.
SHARE

Makassartoday.com, Jakarta – Jalan raya dan jembatan adalah infrastruktur yang menjadi saksi pertumbuhan bangsa Indonesia. Selain menjadi urat nadi perekonomian juga memberikan andil dalam pembangunan ke seluruh pelosok Nusantara.

Sederet ruas jalan dan jembatan di negeri kita telah menjadi ikon kebanggaan bangsa. Contohnya Jembatan Semanggi, di Ibu Kota Jakarta. Pembangunannya diinisiasi Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Ir Sutami, dan diresmikan Gubernur Jakarta Soemarno Sosroatmodjo pada 19 Juli 1962.

Inilah jembatan nasional pertama yang menerapkan teknologi beton pratekan, dan dibangun khusus saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games IV (24 Agustus 4 September 1962).

Konstruksi Jalan Raya Indonesia Diakui Dunia

Periklanan
Ad image
(Erianto, Juara Favorit Lomba Foto Bina Marga dalam Rangka Hari Jalan 2024)

Itu baru sepenggal kisah tentang ruas Semanggi. Masih banyak jembatan dan jalan raya di Indonesia bernilai historis, sarat teknologi, serta menjadi bagian dari perjalanan bangsa.

Seperti Jagorawi sebagai cikal bakal perkembangan jalan tol di Indonesia, di mana Ir Sutami pada 9 Januari 1970 mengusulkan pembangunan Djakarta By Pass dari Cililitan ke Ciawi sepanjang 50 km kepada Presiden Soeharto. Gagasan direalisasikan tiga tahun kemudian, melalui kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Amerika Serikat. Dana mencapai USD 10.371.648 dari Indonesia dan USD 22.835.329 dari Amerika Serikat.

Inisiatif pembangunan jalan dari Jakarta ke Bogor dan Ciawi itu sejatinya mengemuka pada 1955 dari Walikota Jakarta, Raden Sudiro. Namun berkaitan dengan kemampuan keuangan pemerintah, maka saat itu belum ditanggapi serius dari pemerintah provinsi mau pun pusat.
Presiden Soeharto meresmikan Jalan Tol Jagorawi pada 9 Maret 1978, sebagai jalan tol pertama di Indonesia.

Kemudian Indonesia juga memiliki jalan nasional pertama yang menggunakan pondasi Konstruksi Cakar Ayam. Yaitu Jalan Tol Prof. Dr. Sedyatmo yang menghubungkan Pluit – Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng, diresmikan Presiden Soeharto pada 28 Maret 1985.

Konstruksi Cakar Ayam adalah hasil penemuan Prof. Dr. Sedyatmo pada 1962 saat memimpin proyek pembangunan tujuh menara listrik di daerah berawa kawasan Ancol. Karya ini mendapatkan pengakuan secara global dan telah memperoleh hak paten internasional dari beberapa negara, seperti Indonesia, Jerman, Inggris, Prancis, Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Belanda, sampai Denmark.

Selanjutnya Jalan Tol Layang Wiyoto Wiyono–dinamai sebagai bentuk penghargaan kepada mantan Kepala Sub Direktorat Perencanaan Jalan Kota Direktorat Jenderal Bina Marga sekaligus teknisi pembangunan jalan yang meninggal saat menjalankan tugas. Jalan Tol Layang Cawang – Tanjung Priok yang disebut sebagai Cawang Interchange ini dibangun pada 1987 dan diresmikan Presiden Soeharto pada 9 Maret 1990.

Pembangunan jalan layang sepanjang 15,66 km yang menghubungkan Cawang-Tanjung Priok-Ancol Timur-Jembatan Tiga/Pluit itu dijalankan PT Citra Marga Nusaphala Persada, sebuah konsorsium dari tujuh perusahaan swasta nasional. Terdiri dari PT Lamtorogung Persada, PT (persero) Hutama Karya, PT Pembangunan Jaya, PT Indocement, PT Yala Perkasa Internasional, PT Krakatau Steel, dan Yayasan Bank Dagang Negara

Jalan layang ini menyandang reputasi sebagai jalan layang terpanjang di Asia pada masanya, dengan mengusung teknologi baru Sistem Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH) yang kondang disebut Konstruksi Sosrobahu.

Teknologi ini diciptakan Tjokorda Raka Sukawati, alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) kelahiran Ubud, Bali. Berdasarkan hitungan eksak, teknologi konstruksi Sosrobahu mampu bertahan sampai satu abad atau 100 tahun.

Konstruksi Sosrobahu asal Indonesia ini telah diterapkan di banyak negara. Seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Singapura, Filipina, Malaysia, dan Thailand. Kemudian Jepang memberikan hak paten pada 1992. Sementara dari dalam negeri Direktorat Jenderal Hak Cipta Paten dan Merek memberikan paten pada 1995.

Selain aplikasi teknologi tinggi dari ruas-ruas jalan tadi, sudah lebih dari setengah abad Indonesia memiliki jembatan ikonik yang menjadi destinasi wisatawan domestik dan mancanegara. Yaitu Jembatan Ampera.

Ide pembuatan Jembatan Ampera mengemuka awal 1950-an dan Presiden Soekarno melakukan pemancangan tiang pertama pada 10 April 1962, dengan pendanaan dari pampasan perang zaman Jepang. Dalam pengerjaan tiga tahun, jembatan sepanjang 1.177 meter, lebar 22 meter serta tinggi 11,50 meter di atas permukaan Sungai Musi ini diresmikan Gubernur Sumatera Selatan Abujazid Bastomi pada 10 November 1965.

Periodisasi Pembuatan Jalan dan Tol di Indonesia

(Yogie Imail Bathin, Juara 2 Lomba Foto Bina Marga dalam Rangka Hari Jalan 2024)

Selain jembatan, jalan, sampai ruas tol kebanggaan bangsa Indonesia tadi, pembangunan infrastruktur ini memiliki periodisasi panjang. Meliputi berbagai area di Tanah Air.

Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat setelah dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, pada 1 April 1949 telah direalisasikan pembangunan jalan Batavia-Kebajoran, Jembatan Bandjir Kanal, dan jalur kereta api. Lantas 17 Juli 1957 dimulai pembangunan jalan darat dari pusat Kota Palangkaraya ke Sampit atas kerja sama Pemerintah Indonesia dan Uni Soviet.

Pada 1961 dimulai pelaksanaan proyek pembangunan jalan Balikpapan – Samarinda (Balsam). Berlanjut pelebaran Jalan M.H. Thamrin di Jakarta menjadi 49 meter yang terinspirasi dari jalan-jalan lebar di kota-kota modern dunia.

Pada 17 Desember 1962 dilangsungkan pembangunan fondasi Jalan Rusia di Kalimantan Tengah yang dikenal sebagai Jalan Palangkaraya – Tangkiling. Kemudian diteruskan sampai
Pangkalan Bun dan Sampit.

Selanjutnya, kurun 1969-1974 berlangsung proyek khusus Jalan Raya Sumatera, sedangkan 1974-1979 digarap proyek Jalan Kalimantan, dan proyek Jalan Lintas Sulawesi. Pada masa 1989-1994 pembangunan Jalan Banjarmasin – Batas Kalteng serta Jembatan Barito direalisasikan.

Teknologi canggih juga mewarnai perjalanan pembuatan jembatan di Indonesia setelah era Konstruksi Cakar Ayam dan Sosrobahu. Yaitu Teknologi antigempa pertama yang diterapkan atas Jembatan Pasupati di Bandung, Jawa Barat pada 2005.

Selanjutnya menyusul pembangunan Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur dengan Bangkalan, Madura. Kemudian Jembatan Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.

Pada 2013, pembangunan Jembatan Kelok 9 di Sumatera Barat dituntaskan. Sedangkan Underpass Dewa Ruci, Bali rampung pada 2018. Masih di tahun yang sama, pembangunan jalan baru dilangsungkan di perbatasan Kalimantan 734 km, Trans Papua Barat, sampai
perbatasan Timor Leste dengan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dan pembangunan Underpass New Yogyakarta International Airport (NYIA), Jembatan Musi IV (Sumatera Selatan), serta JembatanYoutefa (Papua) rampung pada 2019.

Ada pun deretan jalan tol di Nusantara juga terus dilaksanakan setelah perdana Jalan Tol Jagorawi (9 Maret 1978). Tercatat Jalan Tol Ciujung dan Serang (28 Januari 1984), Jalan Tol Prof. Dr. Sedyatmo (1 April 1985), Jalan Tol Makassar (26 September 2008) sebagai jalan tol pertama di Sulawesi, Jalan Tol Bali Mandara (23 September 2013) sebagai jalan tol pertama di Bali, Jalan Tol Balsam atau Balikpapan-Samarinda (17 Desember 2019) sebagai jalan tol pertama di Kalimantan, sampai Tol Trans Jawa tersambung dari Merak hingga Pasuruan (20 Desember 2018).

12Next Page
TAGGED: BPJN, PUPR
admin Desember 16, 2024 Desember 16, 2024
Share This Article
Facebook Twitter Copy Link Print
Previous Article Tengah Malam, Pj Gubernur Sulsel Prof Zudan Kunjungi Warga Pengungsi Banjir
Next Article Pastikan Keandalan Listrik Saat Nataru, PLN UID Sulselrabar Gelar Apel Siaga Kelistrikan
Leave a comment Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sosial Media Kami

13.4k Followers Like
1.7k Followers Follow
182 Subscribers Subscribe

Berita Terbaru

Fraksi NasDem Makassar Soroti Juknis Baru Pemilihan Ketua RW
Sulsel Mei 17, 2025
Bimtek NasDem Sulsel, Legislator Diminta Konsisten jadi Penyambung Lidah Masyarakat
Politik Mei 17, 2025
Komdigi Blokir Enam Grup Facebook Bermuatan Konten Ines ‘Fantasi Sedarah’
Nasional Mei 16, 2025
Gagasan Antikorupsi Gubernur Sulsel Andi Sudirman Diapresiasi KPK
Sulsel Mei 16, 2025
Makassar TodayMakassar Today
Follow US
© Makassartoday 2023.
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?