“Kenapa mereka tidak mau masuk? Karena tarif progresif. Saya sudah panggil pihak mall (Mall Panakkukang), saya sarankan tarif flat untuk karyawan, cukup Rp5000 saja. Tapi tidak mau. Akhirnya semua parkir di luar, menumpuk di bahu jalan,” bebernya.
Selain di sekitar mall, ia juga menyinggung parkir liar di sejumlah titik lain seperti Toko Alaska, Jalan Pengayoman dan Pantai Losari. Untuk itu, pihaknya berharap adanya kesadaran bersama, pengawasan konsisten, serta penegakan hukum yang tegas.
“Kalau mau konkret, semua harus duduk bersama. Soal setoran parkir liar itu juga harus diusut, siapa yang izinkan dan kemana setornya,” tegasnya.
Selain itu, persoalan tata ruang yang dinilai menjadi akar masalah jangka panjang. Kawasan yang awalnya hanya diperuntukkan untuk pemukiman kini berkembang menjadi area usaha tanpa dukungan infrastruktur parkir memadai.
“Itu soal bangunan tata ruang dari awal. Dalam rencana tata ruang tidak ada izin usaha di situ. Tapi berkembang jadi restoran, jadi warung. Akhirnya parkir semrawut,” ucapnya.
