Jika tidak diintervensi, daya tampung TPA diperkirakan hanya bertahan dua tahun lagi. Pihak Pemkot menargetkan setiap rumah tangga menuju zero waste.
“Semua RT-RW wajib memiliki sistem pengolahan sampah, baik melalui komposter, ekoenzim, budidaya maggot, maupun biopori,” tegasnya.
Pemkot juga akan menggandeng perusahaan swasta untuk mendukung penyediaan tempat sampah terpilah melalui program CSR, agar masyarakat dapat memilah sampah organik dan anorganik sejak dari rumah.
“Ini bentuk penghormatan antaragama di Kota Makassar. Pemerintah kota akan mendukung penuh kegiatan musyawarah besar GPIB bulan Oktober nanti,” tandasnya.
Sedangkan, Ketua Panitia, Kristin Sinaga, menegaskan bahwa aksi penghijauan ini menjadi bentuk kepedulian umat Kristen terhadap kelestarian lingkungan sekaligus dukungan terhadap program Pemerintah Kota Makassar.
“Kegiatan pagi ini merupakan bagian dari rangkaian acara skala nasional yang akan berlangsung bulan Oktober. Kami mengawali dengan penanaman pohon tabebuya sebagai kontribusi nyata untuk mempercantik kota yang menjadi rumah kita bersama,” ujar Kristin.
Kristin menjelaskan, tabebuya dipilih bukan tanpa alasan. Pohon ini dikenal tahan cuaca, menyerap polusi, dan menghadirkan keindahan dengan bunganya yang mencolok.
“Awalnya kami sempat mempertimbangkan kegiatan penanaman mangrove. Namun melihat kepadatan Kota Makassar, kami memilih tabebuya karena mampu membantu mengolah polusi sehingga tidak berdampak besar bagi masyarakat,” katanya.
Ia menambahkan, penanaman 1.000 bibit ini diharapkan menjadi simbol kebersamaan seluruh warga kota. Kota Makassar adalah kota multibudaya dan multiagama.
“Kami ingin turut mempercantik kota yang memberi kami ruang untuk hidup dan bekerja, sekaligus menjaga keseimbangan lingkungannya,” tutur Kristin.
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari Pemerintah Kota Makassar. Ketua TP PKK Kota Makassar, Melinda Aksa, memberikan dukungan penuh sejak audiensi awal dengan panitia.
“Kami berterima kasih atas dukungan luar biasa dari Wali Kota dan Ketua TP PKK. Ini menandakan semangat kebersamaan seluruh warga Makassar, tanpa memandang agama maupun latar belakang,” tutupnya.
(**)
